Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Perkembangan Kognitif
Anak Usia 24-59 Bulan
Balita
termasuk golongan masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi
(Notoatmojo, 2007). Menurut Safawi (2009),80% perkembangan otak terjadi
pada masa golden period (0-3 tahun), bisa dibayangkan jika generasi muda
bangsa ini tumbuh dalam keadaan menderita kekurangan gizi. Studi
terhadap 8000 balita di negara berkembang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara tercapainya berat badan normal menurut umur
selama dua tahun kehidupan terhadap tingkat kemampuan kognitif pada empat tahun berikutnya (Sanchez, 2009).Pelibatan kaum perempuan secara
intensif dalam program penanggulangan gizi buruk bisa menjadi kunci dalam penanggulangan gizi buruk dan masalah gizi. Dalam budaya dan sistem sosial Indonesia, kaum perempuanlah yang mengelola rumah tangga, mulai dari manajemen belanja, mengasuh dan mendidik anak, hingga menentukan menu makanan (Safawi, 2009). Perempuan, dalam hal ini adalah ibu merupakan “tiang rumah tangga” yang amat penting bagi terselenggaranya keluarga sakinah,sehat, dan bahagia (Hawari, 2004). Pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keseimbangan konsumsi zat gizi yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik biasanya juga disertai dengan status gizi anak yang baik. Baik buruknya perkembangan psikologis dan kognitif sebagai hasil interaksi berbagai komponen biopsikologis dan lingkungan dapat diketahui dengan metode tes psikologis.
intensif dalam program penanggulangan gizi buruk bisa menjadi kunci dalam penanggulangan gizi buruk dan masalah gizi. Dalam budaya dan sistem sosial Indonesia, kaum perempuanlah yang mengelola rumah tangga, mulai dari manajemen belanja, mengasuh dan mendidik anak, hingga menentukan menu makanan (Safawi, 2009). Perempuan, dalam hal ini adalah ibu merupakan “tiang rumah tangga” yang amat penting bagi terselenggaranya keluarga sakinah,sehat, dan bahagia (Hawari, 2004). Pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keseimbangan konsumsi zat gizi yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik biasanya juga disertai dengan status gizi anak yang baik. Baik buruknya perkembangan psikologis dan kognitif sebagai hasil interaksi berbagai komponen biopsikologis dan lingkungan dapat diketahui dengan metode tes psikologis.
Kesadaran
ibu akan gizi, pengetahuan gizi yang sehat dan seimbang diperlukan
untuk mendukung kesehatan balita dan perkembangan otaknya. Studi croos
sectional yang pernah dilakukan oleh Khattak dkk. juga menyatakan hal
demikian. Kegiatan konseling dan penyuluhan gizi sehat merupakan upaya
untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada ibu rumah tangga (Khattak, et
al., 2007). Nutrisi yang bergizi diperlukan dalam perkembangan biologis.
Sebagai contoh adalah pemberian Decasohexanoic acid (DHA) pada masa
prenatal dan post natal akan berdampak baik pada fungsi sistem saraf dan
fungsi luhur kognitif. Intervensi biologis terhadap kesehatan
masyarakat khususnya terkait gizi dibutuhkan untuk masyarakat yang sehat
(Stover & Garza, 2006).
Ibu
memiliki pengaruh biologis langsung dan peranan interaktif post natal
dalam kaitannya dengan perkembangan anak. Pengaruh biologis langsung
yang dimaksud adalah kondisi ibu pada saat kehamilan mempengaruhi
perkembangan intrauterin, seperti ibu hamil kurang nutrisi akan
menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah, fungsi mental rendah,
kapasitas kognitif yang rendah pula. Kondisi interaktif post natal yang
dimaksudkan adalah interaksi, peranan, dan fungsi ibu bagi perkembangan
balita. Ibu sangat berpengaruh dalam pembentukan generasi mendatang
(Fall, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar