CSE

Loading

Selasa, 07 Januari 2014

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Perkembangan Kognitif

Anak Usia 24-59 Bulan


Balita termasuk golongan masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi (Notoatmojo, 2007). Menurut Safawi (2009),80% perkembangan otak terjadi pada masa golden period (0-3 tahun), bisa dibayangkan jika generasi muda bangsa ini tumbuh dalam keadaan menderita kekurangan gizi. Studi terhadap 8000 balita di negara berkembang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tercapainya berat badan normal menurut umur selama dua tahun kehidupan terhadap tingkat kemampuan kognitif pada empat tahun berikutnya (Sanchez, 2009).Pelibatan kaum perempuan secara
intensif dalam program penanggulangan gizi buruk bisa menjadi kunci dalam penanggulangan gizi buruk dan masalah gizi. Dalam budaya dan sistem sosial Indonesia, kaum perempuanlah yang mengelola rumah tangga, mulai dari manajemen belanja, mengasuh dan mendidik anak, hingga menentukan menu makanan (Safawi, 2009). Perempuan, dalam hal ini adalah ibu merupakan “tiang rumah tangga” yang amat penting bagi terselenggaranya keluarga sakinah,sehat, dan bahagia (Hawari, 2004). Pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keseimbangan konsumsi zat gizi yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik biasanya juga disertai dengan status gizi anak yang baik. Baik buruknya perkembangan psikologis dan kognitif sebagai hasil interaksi berbagai komponen biopsikologis dan lingkungan dapat diketahui dengan metode tes psikologis.
Kesadaran ibu akan gizi, pengetahuan gizi yang sehat dan seimbang diperlukan untuk mendukung kesehatan balita dan perkembangan otaknya. Studi croos sectional yang pernah dilakukan oleh Khattak dkk. juga menyatakan hal demikian. Kegiatan konseling dan penyuluhan gizi sehat merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada ibu rumah tangga (Khattak, et al., 2007). Nutrisi yang bergizi diperlukan dalam perkembangan biologis. Sebagai contoh adalah pemberian Decasohexanoic acid (DHA) pada masa prenatal dan post natal akan berdampak baik pada fungsi sistem saraf dan fungsi luhur kognitif. Intervensi biologis terhadap kesehatan masyarakat khususnya terkait gizi dibutuhkan untuk masyarakat yang sehat (Stover & Garza, 2006). 
Ibu memiliki pengaruh biologis langsung dan peranan interaktif post natal dalam kaitannya dengan perkembangan anak. Pengaruh biologis langsung yang dimaksud adalah kondisi ibu pada saat kehamilan mempengaruhi perkembangan intrauterin, seperti ibu hamil kurang nutrisi akan menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah, fungsi mental rendah, kapasitas kognitif yang rendah pula. Kondisi interaktif post natal yang dimaksudkan adalah interaksi, peranan, dan fungsi ibu bagi perkembangan balita. Ibu sangat berpengaruh dalam pembentukan generasi mendatang (Fall, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar